Sejarah dan Prestasi Juventus : La Vecchia Signora

Lalu diputuskanlah tiga nama untuk dipilih : Societa Via Port, Societa Sportive Massimo D'Azeglio dan Sport Club Juventus. Tanpa banyak keberatan akhirnya resmilah nama klub mereka Sport Club Juventus yang kemudian berubah nama menjadi Foot Ball Club Juventus.



Salam The Art of Soccer!

Well. Bro dan Sis, profil klub kita kali ini adalah tentang sebuah klub sepak bola asal negeri pizza yang sudah terkenal akan berbagai prestasi baik dalam Liga Serie A maupun Liga Champion Eropa dan juga di kancah Internasional. Klub ini mempunyai jersey strip hitam putih dan satu-satunya klub Italia yang mempunyai stadion sendiri bergaya Inggris. Siapkah klub yang dimaksud? Betul, klub tersebut adalah Juventus FC. Pada kesempatan ini Drive Ball ingin mengupas lebih dalam lagi tentang klub yang dimiliki oleh keluarga Agnelli (Grup Fiat dan Exor S.p.A) ini.

Arti Kata Juventus

Juventus berasal dari bahasa Latin iuventus yang artinya masa muda. Juve adalah singkatan dari kata Juventus sebagai singkatan akrab untuk klub. Juventus adalah klub sepak bola profesional Italia yang bermarkas di Turin, Piedmont dimana mereka merupakan klub tertua ketiga dan klub profesional pertama di Italia.

Julukan

Dalam perjalanan sejarahnya, Juventus telah memiliki beberapa nama julukan antara lain La Vecchia Signora yang artinya si Nyonya Tua. Kata "old" yang merupakan bagian nama Juventus yang berarti "youth" dalam bahasa Latin. Nama ini diambil dari usia rata-rata pemain Juventus yang masih muda di era 1930-an. Nama "lady" merupakan bagian dari sebutan para tifosi (penggemar) ketika memanggil Juventus sebelum era 1930-an. Selain itu Juventus punya julukan La Fidanzatad'Italia (the Girlfriend of Italy) karena Juventus selalu memasok pemain baru dari Italia Selatan seperti Napoli dan Palermo, dimana selain bermain sebagai pemain sepak bola mereka adalah karyawan di FIAT sejak awal 1930-an. Ada pula julukan lain yaitu I Bianconeri (the black and white) dan Le Zebre (the zebras) yang mengacu pada warna jersey Juventus.

Sejarah Singkat

Nama awal Juventus adalah Sport Club Juventus didirikan pada tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di Turin. Dibentuknya klub ini adalah sebagai pelampiasan dari anak-anak (berumur antara 15 - 17 tahun) yang saling berteman untuk menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dan bersenang-senang serta melakukan hal positif. Enrico Canfari salah satu pendiri Juventus memutuskan untuk mencari sebuah lokasi yang dijadikan sebagai markas mereka. Setelah menemukan markas, mereka melakukan pertemuan untuk menentukan nama klub mereka dimana terjadi perdebatan sengit di antara mereka. Ada yang suka nama latin, nama klasik dan sisanya netral. Lalu diputuskanlah tiga nama untuk dipilih : Societa Via Port, Societa Sportive Massimo D'Azeglio dan Sport Club Juventus. Akhirnya disetujuilah nama yang terakhir yaitu Spot Club Juventus yang dua tahun kemudian berubah nama menjadi Foot Ball Club Juventus. Klub ini lalu mengikuti kejuaraan sepak bola Italia pada tahun 1900. Saat itu jersey klub ini kaos berwarna pink celana berwarna hitam dan berhasil memenangkan gelar Serie A perdananya pada tahun 1905. Atas inspirasi sebuah klub dari Inggris yaitu Notts County, Juventus akhirnya mengubah warna jersey mereka menjadi hitam putih. Pada tahun 1906 beberapa pemain Juventus ingin keluar dari tim yang diikuti juga oleh presiden klub saat itu Alfredo Dick yang kemudian memutuskan membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang akhirnya menjadikan Juventus vs Torino sebagai Derby della Molle. Juventus sendiri tetap bisa eksis walaupun diguncang prahara di tubuh tim bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.

Keluarga Agnelli

Pada tahun 1923 Juventus diambil alih oleh pemilik FIAT yaitu Edoardo Agnelli yang kemudian membangun stadion baru. Kejadian ini menambah semangat baru untuk klub sehingga mereka merebut gelar scudetto pada musim 1925/1926 dengan mengalahkan Alba Roma. Sekitar rahun 1930-an Juventus menjadi klub super di Italia dengan mengantongi gelar lima kali berturut-turut dari tahun 1930 sampai 1935 dimana pemain bintangnya saat itu antara lain : Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti. Juventus sempat pindah kandang ke stadion Comunale dan pada tahun 1940-an prestasinya merosot bahkan harus mengakui keunggulan tim sekota yaitu Torino. Pada musim 1940/1941 Juventus berada di posisi ke-6 klasemen tetapi dapat merebut Piala Italia yang kedua kalinya pada musim berikutnya setelah menjuarai Piala Italia pertamanya di musim 1947/1938. Pada masa Perang Dunia II Italia ikut ambil bagian yang menyebabkan liga lokal menjadi terhambat.

Pada tahun 1945 presiden klub diambil alih oleh Gianni Agnelli. Di bawah presiden baru klub dirombak dimana Giampiero Boniparti berada dalam jajaran stafnya dengan menambah amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Juventus lantas berhasil menambah dua gelar serie A pada musim 1949/1950 dan 1951/1952 di bawah pelatih asal Inggris Jesse Carver. Namun sayang pada tahun 1954 Gianni Agnelli hengkang meninggalkan klub dimana Juventus berada berada di periode gelap dan hanya mampu finis di posisi 7 klasemen liga Serie A. Setelah kekalahan demi kekalahan pada tahun 1956 Umberto Agnelli masuk sebagai komisioner klub dan klub kembali berbenah dengan mendatangkan beberapa pemain hebat masa itu seperti Omar Sivori dan John Charles, sehingga pada musim 1957/1958 Juventus kembali berjaya di Serie A dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan kehormatan karena telah memenangi gelar Serie A sebanyak 10 kali dan Omar Sivori menjadi pemain Juventus pertama yang merebut gelar sebagai Pemain Terbaik Eropa. Di saat yang sama klub yang juga sering dinamai i bianconeri ini berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final.

Pada musim-musim berikutnya Juventus masih berjaya di Serie A yaitu musim 1966/1967 terutama tahun 1970-an dimana mereka menemukan jati dirinya sebagai klub terbaik Italia. Pada musim 1972/1973 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli untuk menambah kekuatan tim. Saat itu jadwal Juventus sangat padat karena selain bertanding di seie A mereka juga harus berlaga di kompetisi Eropa. Juventus merebut scudetto ke-15 mengalahkan AC Milan dan berhasil masuk final Piala Champion namun sayang di final mereka dikalahkan oleh Ajax amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff. Demikian pula pada musim 1974/1975, 1976/1977 dan 1977/1978 Juventus berhasil menambah gelar scudettonya. Dengan masuknya pelatih hebat yaitu Giovanni Trapattoni, La Vecchia Signora berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.

Era Giovanni Trapattoni

Harus diakui bahwa Giovanni Trapattoni adalah pelatih bertangan dingin. Berkat kehebatannya Juventus sangat perkasa dengan menambah gelar Serie A sebanyak empat kali. selain itu 6 pemainnya terpilih masuk skuad tim nasional Italia dan menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo Rossi sebagai salah satu pemain Juventus berhasil terpilih sebagai Pemain Terbaik Eropa tahun 1982 sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia. Pada musim 1982/1983 Juventus kembali difavoritkan menjadi juara apalagi setelah kedatangan bintang Prancis, Michel Platini. Terbukti, mereka kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilannya menembus perempat final Liga Champions. Namun karena konsentrasi Juventus pecah antara serie A dan kompetisi Eropa akhirnya mereka tidak mendapatkan gelar Serie A saat AS Roma berhasil merebutnya. Pun di Liga Champions, maunya menumpahkan kekecewaan karena tidak juara di Serie A, di Liga Champions saat final bertemu dengan Hamburg tetapi hal itu tidak terjadi. Berada di posisi kedua di serie A dan Liga Champions Eropa, Juventus akhirnya mendapat gelar hiburan saat menjadi juara Piala Italia dan Piala Interkontinental.

Tragedi Heysel

Setelah era keemasan Rossi usai, Michel Platini kemudian berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut yaitu tahun 1983, 1984 dan 1985 di mana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Platini juga menjadi bintang saat Juventus berhasil menjuarai Liga Champions Eropa pada tahun 1985 dengan sumbangan gol satu-satunya. Tragisnya, saat di final melawan Liverpool FC dari Inggris yang diselenggarakan di stadion Heysel Belgia harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifosi Juventus karena terjadi kerusuhan antar supertor dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan di eropa selama lima tahun. Peristiwa ini sampai sekarang masih dikenang oleh para tifosi.

Era Marcello Lippi

Selain Trapattoni ada juga pelatih bertangan dingin yang menangani Juventus. Dialah Marcello Lippi yang berhasil mengantarkan Juventus memenangi Serie A pada musim 1994/1995. Pemain bintang yang berhasil diorbitkan Lippi antara lain : Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat Alessandro del Piero. Lippi juga berhasil membawa pulang gelar Piala Champions Eropa dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melaui adu penalti. Pada periode ini ada beberapa pemain bintang lain yang muncul seperti : Zinedine Zidane, Fillipo Inzaghi dan Edgar Davids. Scudetto yang berhasil diraih Juventus berikutnya adalah pada musim 1996/1997 dan 1997/1998. Di samping itu di bawah asuhan Lippi Juventus berhasil menjuarai Piala Super UEFA tahun 1996 dan Piala Interkontinental tahun 1996 serta masuk ke partai final Liga Champions Eropa tahun 1997 dan 1998, namun mereka kalah oleh Borrusia Dortmund dan Real Madrid. Selanjutnya bintang lainnya lahir seperti Gianluigi Buffin, David Trezeguet, Pavel Nedeved dan Lilian Thuram yang berhasil membantu merebut scudetto pada musim 2001.2002 dan 2002/2003.

Skandal Calciopoli

Pada tahun 2004 pelatih Juventus adalah Fabio Capello dan berhasil memperoleh dua gelar Serie A. Namun pada Mei 2006 Juventus menjadi salah satu dari 5 klub Serie A terkait dengan skandal pengaturan skor pertandingan yang mengakibatkan klub kena hukuman terdegradasi ke Serie B untuk pertama kalinya dalam sejarah. Klub ini juga dilucuti dua gelar yang dibawa Capello pada tahun 2005 dan 2006. Pada saat kejadian tersebut banyak pemain utama meninggalkan klub seperti Thuram, Ibrahimovic dan Cannavaro. Tetapi beberapa pemain yang loyal masih tetap bersama Juventus seperti Buffon, del Piero, Trezeguet dan Nedved mengikuti kompetisi Serie B dan menjuarai liga dan dipromosikan kembali ke Serie A setelah musim 2006/2007.


Prestasi Juventus

Lega Calcio Serie A

Juara (32 kali)
1905, 1925/1926, 1930/1931, 1931/1932, 1932/1933, 1933/1934, 1934/1935, 1949/1950, 1951/1952, 1957/1958, 1959/1960, 1966/1967, 1971/1972, 1972/1973, 1974/1975, 1976/1977, 1977/1978, 1980/1981, 1981/1982, 1983/1984, 1985/1986, 1994/1995, 1996/1997, 1997/1998, 2001/2002, 2002/2003, 2011/2012, 2012/2013, 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016

Runner Up (20 kali)
1903, 1904, 1906, 1937/1938, 1945/1946, 1946/1947, 1952/1953, 1953/1954, 1962/1963, 1973/1974, 1974/1975, 1979/1980, 1982/1983, 1986/1987, 1991/1992, 1993/1994, 1995/1996, 1999/2000, 2000/2001, 2008/2009

Lega Calcio Serie B
Juara (1 kali) : 2006/2007.

Piala Italia
Juara (11 kali)
1937/1938, 1941/1942, 1958/1959, 1959/1960, 1964/1965, 1978/1979, 1982/1983, 1989/1990, 1994/1995, 2014/2015, 2015/2016.

Runner Up (5 kali)
1972/1973, 1991/1992, 2001/2002, 2003/2004, 2011/2012

Piala Super Italia
Juara (7 kali)
1995, 1997, 2002, 2003, 2012, 2013, 2015

Runner Up (5 kali)
1990, 1998, 2005, 2014, 2016

Piala Kremlin
Juara (2 kali) : 1954, 1958

Liga Champions Eropa
Juara (2 kali) : 1984/1985, 1995/1996

Runner Up (6 kali) : 1972/1973, 1982/1983, 1996/1997, 1997/1998, 2002/2003, 2014/2015

Piala Winners UEFA
Juara (1 kali) : 1983/1984

Piala UEFA/Liga Europa
Juara (3 kali) : 1976/1977, 1989/1990, 1992/1993
Runner Up (1 kali) : 1994/1995

Piala Intertoto
Juara (1 kali) : 1999/2000

Piala Super UEFA
Juara (2 kali) : 1984, 1996


Piala Interkontinental
Juara (2 kali) : 1985, 1996
Runner Up (1 kali) : 1973

Juventini, sebutan untuk tifosi Juventus tentu tahu masih banyak prestasi yang ditorehkan oleh Le Zebre baik di dalam maupun di luar lapangan. Klub ini telah banyak menyumbangkan pemain untuk tim nasional Italia baik yang di junior maupun senior. Di luar lapangan, Juventus juga menunjukkan komitmennya terhadap segala masalah kemanusiaan dan sosial. Komitmen dan proyek-proyek yang didukung penuh oleh klub telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kebijakan dalam mewujudkan sebuah nilai dan idealisme yang selalu dipegang teguh oleh Juventus. Dalam beberapa tahun terakhir komitmen sosial Juventus berhasil mencapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang dikenal dengan Scudetto della Solidarieta yang merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh majalah Vita seperti misalnya : Proyek Growing Together at The Sant'Anna dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir di rumah sakit Sant'Anna. Di samping itu ada pula proyek pembangunan Asylum untuk mengenang Edoardo Agnelli bekerja sama dengan Vicenza Voluntary Groups bertujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.

Well, Bro dan Sis demikianlah sejarah dan prestasi Juventus, La Vecchia Signora. Drive Ball mengucapkan terima kasih telah membaca artikel ini, semoga ada manfaatnya. Sebagai akhir kata  saya ucapkan Bravo, La Vecchia Signora, auguri per tutti scudetti!

Salam The Art of Soccer!

No comments

Powered by Blogger.